Universal
Precautions
(Kewaspadaan Umum
/ Standar / Universal)
A. Pengertian
Kewaspadaan Universal atau
Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precautions (UP) adalah suatu
cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas
kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya. Menurut Prof. Dr.
Sulianti Saroso (2006) Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan baru
untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa
memperdulikan status infeksi.
Kewaspadaan Universal
hendaknya dipatuhi oleh tenaga kesehatan karena ia merupakan panduan mengenai
pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang
kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit
yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Penerapan Kewaspadaan
Standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan patogen melalui darah dan
cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus
rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan
kesehatan (FPK).
Komponen-komponen
kewaspadaan umum, terdiri dari:
1. Kebersihan tangan (cuci
tangan)
2. Alat Pelindung Diri (APD),
yang terdiri dari:
a. Penggunaan sarung tangan
b. Pelindung wajah (masker,
kacamata,)
c. Gaun pelindung
d. Penutup kepala
e. Sepatu pelindung
3. Pencegahan luka tusukan
jarum dan benda tajam lainnya
4. Kebersihan pernapasan dan
etika batuk
5. Kebersihan lingkungan
6. Linen
7. Pembuangan limbah
8. Peralatan perawatan pasien
B. Pelaksanaan Kewaspadaan
Universal
Penerapan Kewaspadaan
Universal merupakan bagian dari upaya pengendalian infeksi di sarana pelayanan
kesehatan yang tidak terlepas dari peran masing-masing pihak yang terlibat di
dalamnya yaitu pimpinan termasuk staf administrasi, staf pelaksana pelayanan
termasuk staf penunjangnya dan juga pengguna yaitu pasien dan pengunjung sarana
kesehatan tersebut. Penerapan Kewaspadaan Umum didasarkan pada keyakinan bahwa
darah dan cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit baik yang berasal
dari pasien maupun petugas kesehatan.
Penerapan Kewaspadaan
Universal (Universal Precaution) didasarkan pada keyakinan bahwa darah dan
cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit, baik yang berasal dari
pasien maupun petugas kesehatan. Prosedur Kewaspadaan Universal ini juga dapat
dianggap sebagai pendukung progran K3 bagi petugas kesehatan
Adapun prinsip utama
prosedur Kewaspadaan Universal dalam pelayanan kesehatan adalah menjaga higiene
sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi
silang.
2. Pemakaian alat pelindung
diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta
cairan infeksius yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas
pakai.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam
untuk mencegah perlukaan.
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi
ruangan.
Perawat harus memiliki buku pedoman dalam menerapkan Kewaspadaan
Universal dalam upayanya untuk mencegah terjadinya infeksi silang. Buku pedoman
penerapan Kewaspadaan Universal dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
untuk membantu petugas kesehatan dalam mengurangi resiko infeksi pada diri
sendiri, pasien dan masyarakat. Perawat membantu administrator dan manajer
rumah sakit untuk membuat kebijakan pengendalian infeksi berdasarkan bukti dalam
dan panduan pelayanan yang seragam. Memperluas penggunaan praktik dan prosedur
yang dianjurkan serta mampu melaksanakan, walaupun di lingkungan dengan sumber
daya yang sangat terbatas, memberikan landasan ilmiah untuk memperkuat
prasarana pencegahan infeksi yang telah ada.
Adapun prosedur dari
Kewaspadaan Universal meliputi :
1. Cuci tangan atau permukaan
kulit segera secara rata untuk mencegah kontaminasi kuman pada tangan.
2. Pemakaian sarung tangan
bila akan menjamah darah atau cairan tubuh lain (cairan amnion, cairan
peritoneal, cairan pleura, sekret sinovial, cairan pericardial, cairan ketuban,
dan cairan tubuh yang mengandung darah secara kasat mata); bila menyentuh
selaput mukosa dan kulit yang luka setiap pasien; untuk menangani benda-benda atau
permukaan yang dikotori oleh darah atau cairan tubuh; atau untuk melaksanakan
tindakan yang melibatkan pembuluh darah atau tindakan invasif. Sarung tangan
diganti untuk setiap pasien dan cuci tangan segera setelah melepas sarung
tangan.
3. Perlu ada perhatian khusus
untuk mencegah kecelakaan tusuk jarum, skalpel, dan alat tajam lainnya selama
melaksanakan tindakan medis, pada saat membawa, membersihkan atau membuang,
untuk membengkokkannya, mematahkan dengan tangan melepaskan dari semprit bekas
dengan tangan. Setelah dipakai maka benda tajam seperti jarum suntik dan
semprit, skalpel, pisau dan lain-lain, harus ditempatkan pada wadah yang tahan
tusukan dan letakkan di tempat yang mudah di jangkau. Jarum dan alat tajam yang
dipakai ulang ditaruh di dalam wadah yang tahan tusukan untuk dibawa ketempat
proses selanjutnya.
4. Masker dan pelindung mata,
atau pelindung wajah dipakai untuk mencegah pajanan pada mukosa mulut, hidung
dan mata pada tindakan yang dapat menimbulkan tetesan darah atau cairan tubuh
lain yang mengharuskan Kewaspadaan Universal.
5. Jubah atau celemek dipakai
pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan atau tumpahan darah atau cairan
tubuh yang mengharuskan penerapan Kewaspadaan Universal.
6. Mouthpiece, resusitation
bags, atau alat bantu nafas tersedia dan siap digunakan sewaktu-waktu sebagai
pengganti resusitasi mulut ke mulut di tempat dimana resusitasi sering
dilakukan.
7. Petugas kesehatan yang
mempunyai luka basah atau luka mengucurkan darah atau cairan harus menjauhi
tugas perawatan langsung kepada pasien atau menangani alat perawatan pasien
sampai sembuh. Hal tersebut ditekankan kembali untuk melindungi kedua belah
pihak baik pasien ataupun petugas itu sendiri.
8. Cara membawa linen dan
bahan-bahan yang dikotori darah atau cairan tubuh harus ditempatkan dalam
kantong anti bocor.
9. Pengelolaan limbah medis
dari lingkungan yang sesuai standar.
C. Komponen dan Pelaksanaan
Kewaspadaan Umum
Komponen-komponendariKewaspaaan Universal yaitu :
1. Cuci Tangan
Mencuci tangan adalah
prosedur kesehatan yang paling penting yang dapat dilakukan oleh semua orang
untuk mencegah penyebaran kuman. Mencuci tangan adalah tindakan aktif, singkat
dengan menggosok bersamaan semua permukaan tangan yang bersabun, yang kemudian
diikuti dengan membasuhnya dibawah air hangat yang mengalir. Tujuannya adalah
untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk
mengurangi jumlah mikroba pada saat itu.
Cuci tangan harus selalu
dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan
walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkan
atau mengurangi mikroorganisme yang ada ditangan sehingga penyebaran penyakit
dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tangan harus dicuci sebelum
dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh
pemakaian sarung tangan.
Aspek terpenting dari
mencuci tangan adalah pergesekan yang ditimbulkan dengan menggosok tangan
bersamaan mencuci tangan dengan sabun, dengan air mengalir dan pergesekan yang
dilakukan secara rutin.
Mikroorganisme pada kulit
manusia dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu flora risiden dan
flora transien. Flora risiden adalah mikroorganisme yang secara konsisten dapat
diisolasi dari tangan manusia, tidak mudah dihilangkan dengan gesekan mekanis
yang telah beradaptasi pada kehidupan tangan manusia. Flora transien yang
disebut juga flora transit atau flora kontaminasi, jenisnya tergantung dari
lingkungan tempat bekerja. Mikroorganisme ini dengan mudah dapat dihilangkan
dari permukaan dengan gesekan mekanis dan pencucian dengan sabun atau deterjen.
Oleh karena itu cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang paling penting.
Tiga
cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan yaitu
:
a. Cuci tangan higienik / rutin – mengurangikotoran dan flora yang ada di
tangan denganmenggunakansabunatau detergen.
b. Cuci tangan aseptik – sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan
menggunakan anti septik.
c. Cuci tangan bedah (surgical handscrub) – sebelum dilakukan tindakan
bedah cara aseptik dengan antiseptik dan sikap steril.
Pencucian tangan sangat penting dalam setiap lingkungan perawatan kesehatan
karena organisme transion dapat dengan mudah dihilangkan sebelum pindah ke
pasien lain. Pencucian tangan yang efektif adalah 10-15 detik, tetapi akan
dibutuhkan lebih banyak waktu jika tangan tersebut terlihat kotor.
Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang
diantisipasi akan terjadi perpindahan kuman melalui tangan, yaitu sebelum
melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi pencemaran, seperti:
a. Sebelum melakukan tindakan
Misalnya memulai pekerjaan (baru tiba di kantor/RS),
saat akan memeriksa (kontak langsung dengan pasien), saat akan memakai sarung
tangan steril atau sarung tangan yang telah didesinfeksi tingkat tinggi (DTT)
untuk melakukan suatu tindakan, saat akan memakai peralatan yang telah di-DTT,
saat akan melakukan injeksi, dan saat hendak pulang ke rumah.
b. Setelah melakukan tindakan
yang dimungkinkan terjadi pencemaran
Misalnya setelah memeriksa pasien, setelah memegang
alat-alat bekas pakai dan bahan-bahan lain yang berisiko terkontaminasi,
setelah menyentuh selaput mukosa, darah, atau cairan tubuh lainnya, setelah
membuka sarung tangan, setelah dari toilet/ kamar kecil, setelah bersin atau
batuk. Cuci tangan sesudah membuka sarung tangan perlu dilakukan karena ada
kemungkinan sarung tangan berlubang atau robek.
Sarana Cuci Tangan
a. Air Mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah ketersediaan air
mengalir dengan saluran pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan
guyuran air mengalir tersebut maka mikroorganisme yang terlepas karena gesekan
mekanis atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan tidak menempel lagi di
permukaan kulit. Air mengalir tersebut dapat berupa kran atau dengan cara
mengguyur dengan gayung. Namun cara mengguyur dengan gayung memiliki risiko
cukup besar untuk terjadinya pencemaran, baik melalui gagang gayung ataupun
percikan air bekas cucian kembali ke bak penampungan air bersih. Air kran bukan
berarti harus dari PAM, namun dapat diupayakan secara sederhana degan tangki
berkran di ruang pelayanan atau perawatan kesehatan agar mudah dijangkau oleh
para petugas kesehatan yang memerlukannya.
b. Sabun dan Deterjen
Bahan ini tidak membunuh mikroorganisme tetapi
menghambat dan mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi
tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan
mudah terhalau oleh air. Jumlah mikroorganisme semakin berkurang dengan
meningkatnya frekuensi cuci tangan. Namun dilain pihak, dengan seringnya
menggunakan sabun atau deterjen maka lapisan lemak akan hilanh dan membuat
kulit menjadi kering dan pecah-pecah. Hilangnya lapisan lemak akan memberi
peluang untuk tumbuhnya kembali mikroorganisme.
c. Larutan Antiseptik
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba
topikal yang dipakai pada kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat
aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Antiseptik memiliki bahan
kimia yang memungkinkan untuk digunakan pada kulit dan selaput mukosa.
Antiseptik memiliki keragaman dalam hal efektivitas, aktivitas, akibat dan rasa
pada kulit setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik tersebut
dan reaksi kulit masing-masing individu.
Kulit manusia tidak dapat disterilkan. Tujuan yang
ingin dicapai adalah penurunan jumlah mikroorganisme pada kulit secara maksimal
terutama kuman transien. Kriteria memilih antiseptik adalah:
Memiliki
efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme secara luas (gram
positif dan gram negatif, virus lipofilik, basilus dan tuberkulosis, fungi,
endospora)
Efektifitas
Kecepatan
aktifitas awal
Efek
residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan
Tidak
mengakibatkan iritasi kulit
Tidak
menyebabkan alergi
Efektif
sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang
Dapat
diterima secara visual maupun estetik
Beberapa jenis larutan antiseptik yang sering digunakan diantaranya adalah
Alkohol (etil/isopropil), Chlorhexedin (HibitaneR, HibiscrubR),
Hexachlorophen (pHisoHexR), Yodium/Yod + Alkohol, dan Yodophor
(BetadineR).
Hal-hal yang harus diperhatikan pada penggunaan
antiseptik antara lain:
Semua
antiseptik dapat tercemar
Siapkan
wadah yang lebih kecil untuk kebutuhan sehari-hari
Jangan
merendam kasa atau lainnya di dalamnya
Botol
yang sudah dibuka harus habis dalam 1 minggu
Simpan
dalam tempat dingin dan gelap
Cuci
wadah setiap kali mengganti dan keringkan terlebih dahulu
Beri
label dan catat tanggal penggantian
Pemakaiannya
dengan cara menuang dan bukan dengan mencelupkan kasa
Cuci Tangan Higienis/Rutin
Persiapan:
a. Sarana cuci tangan
disiapkan di setiap ruang penderita dan tempat lain misalnya ruang bedah,
koridor
b. Air bersih yang mengalir
(dari kran, ceret atau sumber lain)
c. Sabun sebaiknya dalam
bentuk sabun cair
d. Lap kertas atau kain yang
kering
e. Kuku dijaga selalu pendek
f. Cincin
dan gelang perhiasan harus dilepas dari tanga
Prosedur:
Basahi
tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir.
Taruh
sabun di bagian telapak tangan yang telah basah. Buat busa secukupnya tanpa
percikan.
Gerakan
cuci tangan terdiri dari gosokan kedua telapak tangan, gosokan telapak tangan
kanan di atas punggung tangan kiri dan sebaliknya, gosok kedua telapak tangan
dengan jari saling mengait, gosok kedua ibu jari dengan cara menggenggam dan
memutar, gosok telapak tangan.
Proses
berlangsung selama 10-15 detik.
Bilas
kembali dengan air sampai bersih.
Keringkan
tangan dengan handuk atau kertas yang bersih atau tisu atau handuk katun kain
sekali pakai.
Matikan
kran dengan kertas atau tisu.
Pada cuci
tangan aseptik/ bedah diikuti larangan menyentuh permukaan yang tidak steril.
Cuci Tangan Aseptik
Cuci tangan aseptik biasanya dilakukan saat akan
melakukan tindakan aseptik pada pasien atau saat akan kontak dengan penderita
pada keadaan tertentu misalnya penderita dengan imunitas rendah. Persiapan dan
prosedur pada cuci tangan aseptik sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci
tangan higienis hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan antiseptik
dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.
Cuci Tangan Bedah
Persiapan:
a. Air
mengalir
b. Sikat dan
spons steril
c. Sabun
antiseptik
d. Lap kain
atau handuk steril
e. Kuku
dijaga selalu pendek dan bersihkan dengan alat berupa batang kayu kecil yang
lunak
f. Lepaskan
semua perhiasan tangan.
Prosedur:
a. Nyalakan
kran.
b. Basahi
tangan dan lengan bawah dengan air.
c. Taruh
sabun antiseptik di bagian telapak tangan yang telah basah. Buat busa
secukupnya tanpa percikan.
d. Sikat
bagian bawah kuku dengan sikat yang lembut.
e. Buat
gerakan mencuci tangan seperti cuci tangan biasa dengan waktu lebih lama. Gosok
tangan dan lengan satu per satu secara bergantian dengan gerakan melingkar.
f. Sikat
lembut hanya digunakan untuk membersihkan kuku saja bukan untuk menyikat kulit
yang lain oleh karena dapat melukainya. Untuk menggosok kulit dapat digunakan
spon steril sekali pakai.
g. Proses
cuci tangan bedah berlangsung selama 3 hingga 5 menit dengan prinsip sependek
mungkin tapi cukup memadai untuk mengurangi jumlah bakteri yang menempel di
tangan.
h. Selama
cuci tangan jaga agar letak tangan lebih tinggi dari siku agar air mengalir
dari arah tangan ke wastafel.
i. Jangan
sentuh wastafel, kran atau gaun pelindung.
j. Keringkan
tangan dengan lap steril.
k. Gosok
dengan alkohol 70 % atau campuran alkohol 70 % dan klorheksidin 0,5% selama 5
menit dan keringkan kembali.
l. Kenakan
gaun pelindung dan sarung tangan steril setelah tangan betul-betul kering.
Cuci tangan alternatif
Cuci tangan alternatif merupakan cara lain yang
biasanya dilakukan oleh masyarakat, berbeda dengan cuci tangan higienis ataupun
aseptik yang menggunakan sabun atau antiseptik, cuci tangan alternatif bisa
menggunakan bahan cuci tangan yang berbeda. Cuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air, suatu cara yang sudah diketahui sejak lama, ternyata merupakan
cara terbaik dalam membebaskan tangan dari kuman penyakit. Walaupun saat ini
telah bermunculan berbagai produk untuk membersihkan tangan seperti gel anti
bakteri dan tisu basah. Studi di delapan provinsi mendapati warga memandang
praktik cuci tangan hanya dengan air sebagai praktik yang mudah dilakukan. Bagi
warga, mencuci tangan dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti kamar mandi,
sumur, kran air, tempat wudhu, ladang, sawah, sampai air diam di ember atau
baskom asalkan air tersedia. Bahkan, ada warga di pedesaan memiliki alternatif
lain selain sabun yang dipercayai dapat membuat tangan mereka bersih setelah
kotor akibat bekerja.
2. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung tubuh
digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan
darah, semua cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir pasien. Jenis tindakan yang dianggap beresiko dan memerlukan penggunaan
alat pelindung diri mencakup tindakan rutin, tindakan bedah tulang, otopsi atau
perawatan gigi yang menggunakan bor dengan kecepatan putar yang tinggi.
Jenis-jenis alat pelindung
yaitu :
a. Sarung
tangan
b. Pelindung
wajah / masker / kaca mata
c. Penutup
kepala
d. Gaun
pelindung ( baju kerja / celemek )
e. Sepatu
pelindung
Untuk lebih jelasnya alat pelindung diri (APD) akan
dipaparkan sebagai berikut:
a.
Sarung Tangan
Berikut beberapa alasan mengenakan sarung tangan sebagai alat pelindung diri
adalah :
·
Mengurangi
kemungkinan pekerja kontak dengan organisme infeksi yang menginfeksi klien.
·
Mengurangi
kemungkinan pekerja memindahkan flora endogen mereka sendiri ke klien.
·
Mengurangi
kemungkinan pekerja menjadi tempat kolonisasi sementara mikroorganisme yang
dapat dipindahkan pada klien lain.
·
Penggunaan sarung
tangan harus segera dipakai
bilamana :
·
Akan terjadi kontak tangan
pemeriksa dengan darah, cairan tubuh, selaput lendir, atau kulit yang terluka.
·
Akan melakukan tindakan medik
invasif (pemasangan alat-alat vaskular seperti intravena perifer).
·
Akan membersihkan sampah
terkontaminasi atau memegang permukaan yang terkontaminasi.
·
Sarung
tangan mencegah penularan kuman patogen melalui cara kontak langsung maupun
tidak langsung. Ada 3 jenis sarung tangan, yaitu :
·
Sarung
tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau pembedahan.
·
Sarung
tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu
melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
·
Sarung
tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan menangani bahan-bahan
terkontaminasi dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
·
Hal-hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh
dilakukan dalam pemakaian sarung tangan :
·
Pakailah ukuran yang sesuai.
·
Gantilah sarung tangan secara
berkala pada tindakan yang memerlukan waktu lama.
·
Potonglah kuku cukup pendek untuk
mengurangi risiko robek atau berlubang.
·
Tariklah sarung tangan sampai
meliputi tangan baju (jika pakai baju operasi).
·
Pakailah cairan pelembab untuk
mencegah kulit dari kekeringan atau berkerut.
·
Jangan pakai cairan atau krim
berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan.
·
Jangan pakai cairan pelembab yang
terlalu wangi karena dapat merangsang kulit dan menyebabkan iritasi.
·
Jangan simpan sarung tangan di
tempat dengan suhu terlalu panas atau terlalu dingin.
·
Langkah-langkah
atau prosedur dalam penggunaan sarung tangan :
·
Siapkan
kemasan sarung tangan steril yang sesuai.
·
Lakukan
cuci tangan dengan seksama.
·
Buka
pembungkus bagian paling luar dari kemasan sarung tangan. Pisahkan dan lepaskan sisi-sisinya.
·
Pegang
bagian dalam kemasan dan letakkan pada permukaan yang bersih datar tepat di
atas tinggi siku. Buka kemasan, jaga supaya sarung tangan tetap di atas permukaan
bagian dalam pembungkus.
·
Jika
sarung tangan tidak dibedak, ambil pak bedak dan pakai tipis-tipis pada tangan
diatas wastafel atau keranjang sampah.
·
Identifikasi
sarung tangan kanan dan kiri. Kenakan
sarung tangan dominan terlebih dahulu.
·
Dengan
ibu jari dan telunjuk serta jari tengah dari tangan non dominan, pegang tepi
dari manset sarung tangan untuk tangan dominan sentuh hanya permukaan bagian
dalam sarung tangan.
·
Pakai
sarung tangan pada tangan dominan, biarkan manset dan pastikan manset tidak bertumpuk
di pergelangan tangan. Pastikan ibu dan jari lainnya berada pada tempat yang
tepat.
·
Dengan
tangan yang dominan yang bersarung tangan selipkan jari di dalam manset sarung
tangan kedua.
·
Kenakan
sarung tangan kedua pada tangan nondominan. Jangan biarkan jari tangan dan ibu
jari tangan dominan yang bersarung tangan menyentuh setiap bagian tangan non
dominan yang dibuka. Jaga supaya ibu jari tangan dominan terabduksi kebelakang.
·
Setelah
sarung tangan kedua dikenakan tautkan kedua tangan.
·
Cara yang dilakukan didalam melepaskan sarung tangan
yang telah dipakai :
·
Pegang bagian luar dari satu manset dengan
tangan yang bersarung tangan hindari menyentuh pergelangan tangan.
·
Lepaskan
sarung tangan, balikan menjadi bagian dalam keluar. Buang ke
pembuangan.
·
Dengan jari yang telah lepas tersebut ambil
bagian dalam dari sarung tangan yang masih dikenakan lepaskan sarung tangan
bagian dalam keluar. Buang di tempat pembuangan.
·
b.
Masker
·
Masker
harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah atau
cairan tubuh ke wajah. Selain itu, masker menghindarkan perawat menghirup
mikroorganisme dari saluran pernapasan klien dan mencegah penularan kuman
patogen dari saluran pernapasan perawat ke klien.
·
Masker
yang dipakai dengan tepat terpasang pas nyaman di atas mulut dan hidung
sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau keluar dari
sela-selanya.
·
Langkah-langkah penggunaan masker :
·
Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi
tersebut ada stip motal yang tipis).
·
Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas
belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.
·
Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah
dagu.
·
Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada
batang hidung.
c. Gaun /
baju pelindung
Gaun / baju pelindung atau jubah atau celemek,
merupakan salah satu jenis pakaian kerja. Seperti diketahui bahwa pakaian kerja
dapat berupa seragam kerja, gaun bedah, jas laboratorium dan celemek.
Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah untuk
melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan
tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam.
Adapun jenis gaun pelindung tersebut ada berbagai
macam bila dipandang dari berbagai macam aspeknya, seperti gaun pelindung tidak
kedap air dan gaun pelindung kedap air, gaun pelindung steril dan non steril.
Gaun pelindung steril dipakai oleh ahli bedah dan para
asistennya pada saat melakukan pembedahan sedang gaun pelindung non-steril
dipakai di berbagai unit yang berisiko tinggi, misalnya pengunjung kamar
bersalin, ruang pulih di kamar bedah, ruang rawat intensif (ICU), rawat darurat
dan kamar bayi.
Gaun pelindung dapat dibuat dari bahan yang dapat
dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan
kertas kedap air yang hanya dapat dipakai sekali saja (disposable). Gaun
pelindung sekali pakai ini biasanya dipakai dalam kamar bedah, karena lebih
banyak terpajan cairan tubuh yang dapat menyebabkan infeksi.
Gaun pelindung kedap air dapat pula dibuat dari bahan
yang dapat dicuci melalui proses dekontaminasi dan dapat dipakai ulang. Seperti
misalnya plastik. Biasanya dipakai sebagai pelapis di bagian dalam gaun
pelindung steril tidak kedap air, untuk mencegah tembusnya cairan tubuh kepada
pemakai atau untuk keperluan lain, seperti misalnya pada saat membersihkan
luka, melakukan irigasi, melakukan tindakan drainase, menuangkan cairan
terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau toilet, mengganti pembalut,
menangani pasien dengan pendarahan masif, melakukan tindakan bedah termasuk otopsi,
perawatan gigi, dan sebagainya.
Sebaiknya setiap kali bertugas, tenaga kesehatan
selalu memakai pakaian kerja yang bersih, termasuk gaun pelindung atau celemek.
Gaun pelindung harus segera diganti bila terkena kotoran, darah atau cairan
tubuh.
Tata cara penggunaan gaun pelindung :
Lepaskan jam tangan anda dan letakkan di sisi
yang bersih dari handuk kerja yang terbuka.
Cuci tangan anda.
Gaun
dapat dipakai sendiri oleh pemakai atau dipakaikan oleh orang lain.
Kenakan
gaun pelindung dengan memasukkan kedua lengan ke dalam lengan baju.
Selipkan
jari-jari anda di bawah dalam tali leher baju dan tarik tali-tali tersebut ke
belakang. Ikat tali leher tersebut dengan simpul yang sederhana.
Raihlah
bagian belakang dan tarik sisi gaun sehingga seragam anda tertutup seluruhnya. Ikat tali
pinggang dengan simpul sederhana.
3. Pencegahan luka
tusukan jarum dan benda tajam lainnya
Dalam mencegah luka tuuskan jarum dan benda tajam lainnya, maka seorang perawat
harus berhati-hati dalam melakukan
a. Memegang jarum, pisau, dan
alat-alat tajam lainnya.
b. Bersihkan alat-alat yang
telah digunakan.
c. Buang jarum dan alat-alat
tajam lainya yang telah digunakan.
4. Kebersihan pernapasan
dan etika batuk
Seseorang dengan gejala
gangguan napas harus menerapkan langkah-langkah pengendalian sumber dengan cara
tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta
membersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas.
Fasilitas pelayanan
kesehatan harus:
a. Menempatkan pasien dengan
gejala gangguan pernapasan akut setidaknya 1 meter dari pasien lain saat berada
di ruang umum jika memungkinkan.
b. Letakkan tanda peringatan
untuk melakukan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada pintu masuk
fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Pertimbangkan untuk
meletakkan perlengkapan/ fasilitas kebersihan tangan di tempat umum dan area
evaluasi pasien dengan gangguan pernapasan.
5. Kebersihan Lingkungan
Gunakan prosedur yang
memadai untuk kebersihan rutin dan disinfeksi permukaan lingkungan dan benda
lain yang sering disentuh.
6. Linen
Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang
telah dipakai dengan cara:
a. Cegah
pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian.
b. Cegah
penyebaran patogen ke pasien lain dan lingkungan.
7. Pembuangan Limbah
a. Pastikan
pengelolaan limbah yang aman.
b. Perlakukan
limbah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi sebagai
limbah infeksius, berdasarkan peraturan setempat.
c. Jaringan
manusia dan limbah laboratorium yang secara langsung berhubungan dengan
pemrosesan spesimen harus juga diperlakukan sebagai limbah infeksius.
d. Buang
alat sekali pakai dengan benar.
8. Peralatan perawatan pasien
a. Peralatan
yang ternoda oleh darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi harus diperlakukan
sedemikian rupa sehingga pajanan pada kulit dan membran mukosa, kontaminasi
pakaian, dan penyebaran patogen ke pasien lain atau lingkungan dapat dicegah.
b. Bersihkan,
disinfeksi, dan proses kembali perlengkapan yang digunakan ulang dengan benar
sebelum digunakan pada pasien lain.
D.Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah
menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman
untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama bagi
pengelolaan alat kesehatan habis pakai.
Dekontaminasi bertujuan
untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan
benda, misalnya HIV, hepatitis dan kotoran lain yang tidak tampak, sehingga
dapat melindungi petugas maupun pasien.
Dekontaminasi dilakukan dengan
menggunakan bahan desinfektan, yaitu suatu bahan atau larutan kimia yang
digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati, dan tidak digunakan
untuk kulit dan jaringan mukosa.
Dapat dijumpai berbagai
macam desinfektan di pasaran dengan daya kerja masing-masing. Desinfektan yang
biasa dipergunakan di negara berkembang seperti Indonesia adalah larutan
klorin 0,5% atau 0,05% sesuai dengan intensitas cemaran dan jenis alat atau
permukaan yang akan didekontaminasi.
Kebanyakan alat kesehatan
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh yang membawa berbagai organisme
penyakit. Oleh karena itu petugas kesehatan yang bekerja dengan resiko terpajan
oleh darah dan cairan tubuh harus menggunakan alat pelindung yang memadai dan
melaksanakan prosedur kerja yang meminimalkan resiko pajanan terhadap lapisan
mukosa dan kontak parenteral melalui bahan-bahan terkontaminasi.
Sedapat mungkin pemilahan
dilakukan oleh sipemakai di tempat segera setelah pemakaian selagi mereka
mengenakan alat pelindung yang memadai, seperti misalnya di ruang operasi.
Apabila pemilahan harus dilakukan diluar tempat pemakai maka harus
dibatasi pada pemilahan antara alat yang akan diproses lebih lanjut dan alat
sekali pakai. Pemilahan meliputi pelepasan alat dari engsel dan kuncinya agar
mudah dibersihkan namun harus dijaga agar alat tersebut tetap berada dalam satu
bungkus untuk memudahkan pemasangan kembali kala akan digunakan nanti.
E. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu
proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk
endospora bakteri. Sterilisasi biasanya dilaksanakan di rumah sakit baik secara
fisik maupun secara kimiawi. Cara dan zat yang sering digunakan untuk
sterilisasi di rumah sakit adalah uap panas bertekanan, pemanasan kering, gas
etilin oksida, zat kimia cair. Istilah steril mengandung arti mutlak yang
berarti semua bentuk dan jenis mikroorganisme betul-betul musnah. Bila kontak
dengan bahan kimia tersebut lebih singkat maka hanya sebagian mikroorganisme
saja yang mati dann proses tersebut disebut proses desinfeksi. Jadi tidak
ada istilah ”semi steril”.
Sterilisasi adalah proses
pengelolaan suatu alat atau bahan dengan tujuan mematikan semua mikroorganisme
termasuk endospora. Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan paling efektif
untuk pengelolaan alat kesehatan yang berhubungan langsung dengan darah atau
jaringan di bawah kulit yang secara normal bersifat steril.
Sterilisasi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara fisik dan kimiawi. Sterilasi secara fisik yaitu
dengan pemanasan, radiasi, dan filtrasi sedangkan sterilisasi secara kimiawi
adalah dengan menggunakan bahan kimia dengan cara merendam (misalnya dalam
larutan glutardehid) dan menguapi dengan gas kimia (diantaranya dengan gas
etilin oksida).
Pada sterilisasi fisik
dengan pemanasan basah (uap panas) bertekanan tinggi (otoklaf) sterilisasi
terjadi melalui koagulasi dan denaturasi protein. Perlu diingat bahwa merebus
bukan cara untuk sterilisasi melainkan cara untuk desinfeksi. Sterilisasi
dengan otoklaf adalah cara yang paling efisien karena suhu yang dicapai
melebihi titik didih air, yaitu setinggi 121o C dengan membutuhkan
waktu sterilisasi selama 20-30 menit yang dihitung setelah suhu 121o C
tercapai. Untuk mengawasi kualitas sterilisasi maka digunakan indikator spora
tahan panas seperti bacillus stearothermophilus. Sterilisasi harus
dikalibrasi setiap 6 bulan.
Sterilisasi fisik
dengan pemanasan kering (dryheat) dapat dilakukan dengan
menggunakan oven, membakar dan sinar ultraviolet. Sterilisasi terjadi melalui
oksidasi dan denaturasi protein. Pada pemanasan dengan oven dibutuhkan panas
setinggi 150-170o C dengan waktu yang lebih lama dari otoklaf.
Sebagai gambaran untuk mematikan spora dibutuhkan waktu 2 jam dengan suhu 180o
C.
Sterilisasi fisik radiasi
dilakukan dengan menggunakan sinar gamma. Namun cara ini tidak sesuai untuk
sterilisasi skala kecil seperti rumas sakit. Cara ini hanya cocok digunakan
untuk industri besar seperti jarum suntik, semprit sekali pakai, dan alat infus.
Sterilsasi fisik filtrasi
dilakukan untuk mensterilkan cairan yang tidak tahan terhadap panas seperti
serum, plsama atau vaksin. Sterilisasi ini menggunakan saringan atau filter
yang terbuat dari selulosa berpori. Ukuran penyaring untuk sterilisasi adalah
0,22 μm, yang berarti lebih kecil dari bakteri.
F. Tujuan Kewaspadaan Umum / Standar / Universal
Tujuan Kewaspadaan
Universal ini adalah mencegah penularan dan penyebaran infeksidari :
a. Pasien ke petugas kesehatan
b. Petugas kesehatan ke pasien
c. Pasien ke pasien lainnya
d. Pasien ke keluarga dan
pengunjung sarana kesehatan lainnya.
Casino City NJ: No Deposit Bonus Codes - JT Marriott
BalasHapusCasino City NJ: 통영 출장마사지 No Deposit Bonus Codes No deposit bonuses 제천 출장안마 can be worth up to 인천광역 출장안마 $1000. 논산 출장샵 Get all bonus codes 춘천 출장안마 to play at casinos.com.