PEMBERIAN OBAT DENGAN INHALASI
2.1 Anatomi Fisiologi saluran nafas
Untuk memahami tentang penggunaan serta
farmakokinetik (terutama absorpsi dan bioavailabilitas) dan farmakodinamik obat
secara inhalasi, sebelumnya kita harus memahami anatomi dan fisiologi
pernapasan terlebih dahulu.Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas
bagian yang berfungsi sebagai konduksi (penghantar udara) dan bagian yang
berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pada bagian konduksi, udara
bolak-balik di antara atmosfir dan jalan napas seakan organ ini tidak berfungsi
(dead space), akan tetapi organ tersebut selain sebagai konduksi juga
berfungsi sebagai proteksi dan pengaturan kelembaban udara.
Adapun yang termasuk ke dalam konduksi adalah
rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, sinus bronkur dan
bronkiolus nonrespiratorius. Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran
udara (difus) yang sering disebut dengan unit paru (lung unit), yang
terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sakus
alveolaris. Secara histologis epitel yang melapisi permukaan saluran pernapasan
terdiri dari epitel gepeng berlapis berkeratin dan tanpa keratin di bagian
rongga mulut; epitel silindris bertingkat bersilia pada rongga hidung, trakea,
dan bronkus; epitel silindris rendah/kuboid bersilia dengan sel piala pada
bronkiolus terminalis; epitel kuboid selapis bersilia pada bronkiolus respiratorius;
dan epitel gepeng selapis pada duktus alveolaris dan sakus alveolaris serta
alveolus.
Di bawah lapisan epitel tersebut terdapat lamina
propria yang berisi kelenjar-kelenjar, pembuluh darah, serabut saraf dan
kartilago.Dan berikutnya terdapat otot polos dan serabut elastin.Dari semua itu
barulah kita pahami bagaimana obat dapat masuk dan bekerja pada paru-paru.Obat
masuk dengan perantara udara pernapasan (mekanisme inspirasi dan ekspirasi)
melalui saluran pernapasan, kemudian menempel pada epitel selanjutnya
diabsorpsi dan sampai pada target organ bisa berupa pembuluh darah, kelenjar
dan otot polos. Agar obat dapat sampai pada saluran napas bagian distal dan
mencapai target organ, maka ukuran partikel obat harus disesuaikan dengan
ukuran/diameter saluran napas.
2.2 Definisi Terapi Inhalasi
Terapi
inhalasi adalah cara pengobatan dengan memberi obat untuk dihirup agar dapat
langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi
merupakan cara pengobatan dengan memberi obat dalam bentuk uap secara langsung
pada alat pernapasan menuju paru-paru. Terapi inhalasi dapat digunakan pada proses perawatan penyakit saluran
pernafasan yang akut maupun yang kronik, misalnya asma (penyakit asma paling
sering dijumpai pada anak-anak) dan pada saat bayi/anak terserang batuk berlendir.
2.3 Tujuan Pemasangan Terapi Inhalasi
Karena terapi inhalasi obat
dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi secara cepat dibanding cara
sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan
serangan yang membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping
sistemik yang ditimbulkannya. Biasanya terapi inhalasi ditujukan untuk
mengatasi bronkospasme, meng-encerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti
bronkus, serta mengatasi infeksi.Terapi inhalasi ini baik digunakan pada terapi
jangka panjang untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkan obat,
terutama penggunaan kortikosteroid.
Pada asma penggunaan obat secara
inhalasi dapat mengurang efek samping yang sering terjadi pada pemberian
parenteral atau peroral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan dengan
jenis lainnya, dan pada bayi yang mengalami batuk lendir, pada bayi atau anak-
anak ini kemampuan reflek batuk ini sangat lemah. Sehingga dibutuhkan terapi inhalasi ini yang akan membantu lendir di dalam paru- paru
mencair.
2.4 Indikasi Terapi Inhalasi
Penggunaan terapi inhalasi ini
diindikasikan untuk pengobatan asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
sindrom obstruktif post tuberkulosis, fibrosis kistik, bronkiektasis, keadaan
atau penyakit lain dengan sputum yang kental dan lengket. Penggunaannya
terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah
menguap dan obat lain yang berbentuk aerosol. Pada penyakit Asma dan Chronic
Obstructive pulmonal disease (COPD = PPOK & PPOM) terapi inhalasi
merupakan terapi pilihan.
Dengan terapi inhalasi obat dapat masuk sesuai
dengan dosis yang diinginkan, langsung berefek pada organ sasaran. Dari segi
kenyamanan dalam penggunaan, cara terapi MDI banyak disukai pasien karena obat
dapat mudah di bawa ke mana-mana.Kemasan obat juga menguntungkan karena dalam
satu botol bisa dipakai untuk 30 atau sampai 90 hari penggunaan.
2.5 CARA
PENGGUNAAN BERBAGAI TERAPI INHALASI
Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu
A. INHALER
DOSIS TERUKUR
Inhaler dosis terukur atau lebih sering disebut MDI
diberikan dalam bentuk inhaler aerosol dengan/tanpa spacer dan bubuk
halus (dry powder inhaler) yaitu diskhaler, rotahaler, dan turbohaler.
Pada umumnya digunakan pada pasien yang sedang berobat jalan dan jarang
dipergunakan di rumah sakit. Cara ini sangat mudah dan dapat dibawa kemana-mana
oleh pasien, sehingga menjadi pilihan utama pagi penderita asma.
MDI terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian kotak yang
mengandung zat dan bagian mouthpiece. Bila bagian kotak yang mengandung
zat ini dibuka (ditekan), maka inhaler akan keluar melalui mouthpiece.
1)
Pemakaian inhaler aerosol.
Inhaler dikocok lebih dahulu agar
obat homogen, lalu tutupnya dibuka à inhaler dipegang tegak, kemudian dilakukan
maksimal ekspirasi pelan-pelan à mulut inhaler diletakan di antara kedua bibir,
lalu katupkan kedua bibir dan lakukan inspirasi pelan-peran. Pada waktu yang
sama kanester ditekan untuk mengeluarkan obat tersebut dan penarikan napas
diteruskan sedalam-dalamnya tahan napas sampai 10 detik atau hitungan 10 kali
dalam hati. Prosedur tadi dapat diulangi setelah 30 detik sampai 1 menit
kemudian tergantung dosis yang diberikan oleh dokter.
2)
Pemakaian diskhaler.
Lepaskan tutup pelindung diskhaler, pegang kedua sudut
tajam, tarik sampai tombol terlihat à tekan kedua tombol dan keluarkan talam
bersamaan rodanya à letakkan diskhaler pada roda, angka 2 dan 3 letakkan di
depan bagian mouth piece à masukan talam kembali, letakan mendatar dan
tarik penutup sampai tegak lurus dan tutup kembali à keluarkan napas, masukan
diskhaler dan rapatkan bibir, jangan menutupi lubang udara, bernapas melalui
mulut sepat dan dalam, kemudian tahan napas, lalu keluarkan napas perlahan-lahan.
à putar diskhaler dosis berikut dengan menarik talam keluar dan masukan
kembali.
B. . PENGUAPAN (NEBULIZER)
Cara ini digunakan dengan memakai disposible
nebulizer mouth piece dan pemompaan udara (pressurizer) atau
oksigen. Larutan nebulizer diletakan di dalam nebulizer chamber. Cara
ini memerlukan latihan khusus dan banyak digunakan di rumah sakit. Keuntungan
dengan cara ini adalah dapat digunakan dengan larutan yang lebih tinggi
konsentrasinya dari MDI. Kerugiannya adalah hanya 50 – 70% saja yang berubah
menjadi aerosol, dan sisanya terperangkap di dalam nebulizer itu sendiri.
Jumlah cairan yang terdapat di dalam hand held
nebulizer adalah 4 cc dengan kecepatan gas 6 – 8 liter/menit. Biasanya
dalam penggunaannya digabung dalam mukolitik (asetilsistein) atau natrium
bikarbonat. Untuk pengenceran biasanya digunakan larutan NaCl.
Cara menggunakannya yaitu: Buka tutup tabung obat, masukan cairan obat ke
dalam alat penguap sesuai dosis yang ditentukan à gunakan mouth piece
atau masker (sesuai kondisi pasien). Tekan tombol “on” pada nebulizer à jika
memakai masker, maka uap yang keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam inhalasi
ini dilakukan terus menerus sampai obat habismasker. Bila memakai mouth
piece, maka tombol pengeluaran `erosol ditekan sewaktu inspirasi, hirup uap
yang keluar perlahan-lahan dan dalam. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai
obat habis (10 – 15 menit).
C. INTERMITEN POSITIVE PRESSURE BREATHING
Cara ini biasanya diberikan di rumah sakit dan memerlukan
tenaga yang terlatih. Cara ini jauh lebih mahal dan mempunyai indikasi yang
terbatas, terutama untuk pasien yang tidak dapat bernapas dalam dan
pasien-pasien yang sedang dalam keadaan gawat yang tidak dapat bernapas
spontan. Untuk pengobatan di rumah cara yang terbaik adalah dengan menggunakan
MDI.
D. VENTILATOR
Dapat dengan menggunakan MDI atau hand held
nebulizer, yakni melalui bronkodilator Tee. Dengan cara ini
sebenarnya tidak efektif oleh karena banyak aerosol yang mengendap, sehingga
cara ini dianggap kurang efektif dibandingkan dengan MDI.
2.5 OBAT/ZAT
PADA TERAPI INHALASI
Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada
umumnya adalah beta 2 simpatomimetik, seperti metaprotenolol (Alupen),
albuterol (Venolin dan Proventil), terbutalin (Bretaire), bitolterol
(Tornalat), isoetarin (Bronkosol); Steroid seperti beklometason (Ventide),
triamnisolon (Azmacort), flunisolid ( Aerobid); Antikolinergik seperti atropin
dan ipratropium (Atrovent); dan Antihistamin sebagai pencegahan seperti natrium
kromolin (Intal).
Keuntungan dari aerosol ini baik diberikan secara
aerosol maupun dengan inhaler, adalah memberikan efek bronkodilator yang
maksimal yang lebih baik dari cara pemberian lain, sementara itu pengaruh
sistemiknya hampir tidak ada. Oleh karena itu cara pengobatan ini adalah
merupakan cara yang paling optimal.
2.6 EFEK
SAMPING DAN KOMPLIKASI
Jika aerosol diberikan dalam jumlah besar, maka dapat
menyebabkan penyempitan pada saluran pernapasan (bronkospasme). Disamping itu
bahaya iritasi dan infeksi pada jalan napas, terutama infeksi nosokomial juga
dapat terjadi.
2.7 PROSEDUR PENGOBATAN
1. Persiapan Alat
a)
Set nebulizer : - Metered Dose Inhaler (MDI)
-MDI tanpa Spacer
b)
Obat bronkodilator
c)
Bengkok 1 buah
d) Aquades
e)
Tissue
f)
1 pasang sarung tangan
g)
buku catatan
2. Persiapan Klien
a)
memberitahu tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
b)
mengkaji penyebab terjadinya kekambuhan
c)
mengkaji riwayat alergi terhadap obat
d) bantu klien pada posisi yang nyaman
3. Persiapan
Lingkungan
a)
beri penerangan yang memadai
b)
jaga privasi klien
c)
tutup tirai
d) rendahkantrails
4. Pelaksanaan
a) Tahap
PraInteraksi
1)
Mengecek program terapi
2)
Mencuci tangan
3)
Menyiapkan alat
b)
Tahap Orientasi
1) Memberikan salam dan sapa nama pasien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
c) Tahap Kerja
1) Menjaga privacy pasien
2) Mengatur pasien dalam posisi duduk
3) Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer
4) Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
5) Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
6) Memasukkan obat sesuai dosis
7) Memasang masker pada pasien
8) Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis
9) Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
d) Tahap Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Berpamitan dengan pasien dan keluarga
3) Membereskan alat
4) Mencuci tangan
5) Lepas sarung tangan
PEMBERIAN OBAT MELALUI KULIT
3.1 pemberian obat melalui oral
Merupakan
cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan
hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi
infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion,
aerosol, dan sprei.
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim,aerosol, sprei).
2. Pinset anatomis.
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Balutan.
6. Pengalas.
7. Air sabun, air hangat.
8. Sarung tangan.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan
tindakan.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah yang akan di beri obat dengan air hangat
(apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian
seperti mengoleskan, mengompres.
7. Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah
diobati.
8. Cuci tangan.
3.2 Pemberian Obat
Topikal pada Kulit
A. Pengertian
Pemberian
obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan
mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit
memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis. Obat ini
diberikan untuk mempercepat proses penyembuhan, bila pemberian per-oral tidak
dapat mencapai superficial epidermis yang miskin pembuluh darah kapiler. Efek
sistemik tidak diharapkan pada pemberian obat topikal pada kulit ini. Apabila
terjadi kerusakan kulit setelah penggunaan obat topikal pada kulit, maka
kemungkinan besar efek sistemik akan terjadi.2
Pemberian
obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak
banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatan
topical pada kulit tergantung pada:
a.
Umur
b.
Pemilihan agen
topikal yang tepat
c.
Lokasi dan luas tubuh
yang terkena atau yang sakit
d.
Stadium penyakit
e.
Konsentrasi bahan
aktif dalam vehikulum
f.
Metode aplikasi
g.
Penentuan lama
pemakaian obat
Penetrasi obat
topical pada kulit, melalui: stratum korneum epidermis papilla dermis
aliran darah
Proses penyerapan
obat topikal jika diberikan pada kulit, yaitu:
a.
Lag phase - hanya di
atas kulit, tidak masuk ke dalam darah
b.
Rising - dari stratum
korneum diserap sampai ke kapiler dermis darah
c.
Falling - obat habis
di stratum korneum. Jika terus diserap kedalam, khasiatnya akan semakin berkurang
Kurangnya konsentrasi
obat yang sampai ke tempat sasaran bisa karena proses eksfoliasi (bagian atas
kulit mengelupas), terhapus atau juga karena tercuci.
Faktor-faktor yang
berperan dalam penyerapan obat, diantaranya adalah2:
a.
Keadaan stratum korneum
yang berperan sebagai sawar kulit untuk obat.
b.
Oklusi, yaitu penutup
kedap udara pada salep berminyak yang dapat meningkatkan penetrasi dan mencegah
terhapusnya obat akibat gesekan, usapan serta pencucian. Namun dapat
mempercepat efek samping, infeksi, folikulitis dan miliaria jika penggunaannya
bersama obat atau kombinasinya tidak tepat.
c.
Frekuensi aplikasi,
seperti pada obat kortikosteroid yang kebanyakan cukup diaplikasikan satu kali
sehari, serta beberapa emolien (krim protektif) yang akan meningkat penyerapannya
setelah pemakaian berulang, bukan karena lama kontaknya.
d.
Kuantitas obat yang
diaplikasi
e.
Jumlah pemakaian obat
topikal pada kulit ini harus cukup, jika pemakaiannya berlebihan justru malah
tidak berguna. Jumlah yang akan dipakai, sesuai dengan luas permukaan kulit
yang terkena infeksi (setiap 3% luas permukaan kulit membutuhkan 1 gram krim
atau salep).
Faktor lain
Faktor lain seprti
peningkatan penyerapan, dapat terjadi apabila:
a.
Obat dipakaikan
dengan cara digosok sambil dipijat perlahan
b.
Dioles searah dengan
pertumbuhan folikel rambut
c.
Ukuran partikel obat
diperkecil
d.
Sifat kelarutan dan
penetrasi obat diperbaiki
e.
Konsentrasi obat yang
diberikan tepat
Contoh obat topikal
untuk kulit :
a.
Anti jamur
: ketoconazol, miconazol, terbinafin
b.
Antibiotik
: oxytetrasiklin
c.
Kortikosteroid :
betametason, hidrokortison
B. Tujuan
Pemberian
obat topikal pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi atau cairan
tubuh untuk mencapai homeostasis, melindungi permukaan kulit, mengurangi
iritasi kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi. 2
C. Jenis
Pemberian obat
topikal pada kulit dapat bermacam-macam seperti:
1.
Krim
2.
Salep (ointment)
3.
Lotion
4.
Lotion yang
mengandung suspensi
5.
Bubuk atau powder
6.
Spray aerosol.
D. Keuntungan dan
Kerugian
Keuntungan
·
Untuk efek lokal,
mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik.
·
Untuk efek sistemik,
menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)
Kerugian
·
Secara kosmetik
kurang menarik
·
Absorbsinya tidak
menentu
3.Alat dan Bahan
·
Troli
·
Baki dan alas
·
Perlak dan alas
·
Bengkok (nierbekken)
·
Air DTT dalam kom
·
Kapas
·
Sarung tangan
·
Kassa kecil steril
(sesuai kebutuhan)
·
Kassa balutan,
penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)
·
Lidi kapas atau
tongue spatel
·
Obat topikal sesuai yang
dipesankan (krim, salep, lotion, lotion yang mengandung suspensi, bubuk atau
powder, spray aerosol)
·
Buku obat (ISO)
·
Baskom
·
Larutan klorin 0.5%
dalam tempatnya
·
Sabun cuci tangan
·
Lap handuk
·
Tempat sampah basah
dan kering
3.3 PEMBERIAN
OBAT TOPIKAL PADA KULIT (PEMBERIAN SALEP ,bethadine, MINYAK, LOTION DLL)
1. Pengertian
Menyiapkan dan memberikan obat secara lokal
kepada pasien pada kulit ,baik dalam bentuk padat (obat salep) maupun dalam
bentuk cair( minyak, bethadine ) , dengan menggosokkan pada kulit yang
mengalami gangguan tertentu, ataupun dengan bentuk serbuk,dengan pertimbangan
keadaan pasien.
Tujuan :
·
Mencegah
dan mengobati penyakit.
·
Mengurangi
rasa sakit daerah tertentu.
·
Mengobati
dengan cepat
·
Menghilangkan
rasa nyeri.
·
untuk
memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.
Persiapan Alat :
·
bengkok
(jika perlu).
·
Obat
topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol (partikel-partikel kecil
berupa gas yang telah di haluskan), bubuk, spray)
·
Buku
obat
·
Kassa
kecil steril (sesuai kebutuhan)
·
Sarung
tangan
·
Lidi
kapas atau tongue spatel
·
Baskom
dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
·
Kassa
balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan).
·
Buku
status pasien dan pulpen.
Prosedur Kerja :
1.
Cek
instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
2.
Beri
tahu pasien terlebih dahulu,dan meminta persetujuan.
3.
Identifikasi
klien secara tepat.
4.
Atur
peralatan disamping tempat tidur klien .
5.
Tutup
gorden atau pintu ruangan.
6.
Cuci
tangan bersih .
7.
Berikan
pasien pada posisi tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan
diberi obat.
8.
Inspeksi
kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada
kulit.
9.
Keringkan
atau biarkan area kering oleh udara
10.
Bila
kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal .
11.
Gunakan
sarung tangan bila ada indikasi .
12.
Oleskan
agen topical :
a)
Krim,
salep dan losion yang mengandung minyak
·
Letakkan
satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan
dengan menggosok lembut diantara kedua tangan.
·
Usapkan
merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan
bulu.
·
Jelaskan
pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian.
b)
Lotion
mengandung suspense
·
Kocok
wadah dengan kuat.
·
Oleskan
sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil.
·
Jelaskan
pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
c)
Bubuk
·
Pastikan
bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh.
·
Regangkan
dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah
lengan.
·
Bubuhkan
secara tipis pada area yang bersangkutan.
d)
Spray
aerosol
·
Kocok
wadah dengan keras.
·
Baca
label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area (biasanya
15-30 cm).
·
Bila
leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan
wajah dari arah spray.
·
Semprotkan
obat dengan cara merata pada bagian yang sakit.
e)
Obat cair
·
Pastikan
bahwa semua permukaan kulit kering secara menyeluruh.
·
Teteskan
obat secukupnya pada kasa steril/ kapas sublimat.
·
Oleskan
pada daerah yang akan diberi, secara perlahan.
13. Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai,
buang peralatan yang sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
14. Cuci tangan dan Catat tindakan yang dilakukan.Indikasi
:
·
Pasien
yang memerlukan reaksi cepat melalui kulit ,tanpa harus melalui oral.
·
Pasien
yang tidak mampu menelan sejumlah obat.
·
Pasien
yang mengalami edema, pendarahan,dll.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan
memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai
organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi merupakan cara pengobatan dengan memberi
obat dalam bentuk uap secara langsung pada alat pernapasan menuju paru-paru. Terapi inhalasi dapat digunakan pada proses perawatan penyakit saluran
pernafasan yang akut maupun yang kronik, misalnya asma (penyakit asma paling
sering dijumpai pada anak-anak) dan pada saat bayi/anak terserang batuk
berlendir.
Pemberian
obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan
mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit
memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis. Obat ini
diberikan untuk mempercepat proses penyembuhan, bila pemberian per-oral tidak
dapat mencapai superficial epidermis yang miskin pembuluh darah kapiler. Efek
sistemik tidak diharapkan pada pemberian obat topikal pada kulit ini. Apabila
terjadi kerusakan kulit setelah penggunaan obat topikal pada kulit, maka kemungkinan
besar efek sistemik akan terjadi.
B. SARAN
Setiap
obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik
jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian
bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai bidan kiranya harus
melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah
yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar