Kamis, 06 November 2014

cara pemberian obat




PEMBERIAN OBAT DENGAN INHALASI

2.1 Anatomi Fisiologi saluran nafas
Untuk memahami tentang penggunaan serta farmakokinetik (terutama absorpsi dan bioavailabilitas) dan farmakodinamik obat secara inhalasi, sebelumnya kita harus memahami anatomi dan fisiologi pernapasan terlebih dahulu.Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi (penghantar udara) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pada bagian konduksi, udara bolak-balik di antara atmosfir dan jalan napas seakan organ ini tidak berfungsi (dead space), akan tetapi organ tersebut selain sebagai konduksi juga berfungsi sebagai proteksi dan pengaturan kelembaban udara.
Adapun yang termasuk ke dalam konduksi adalah rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, sinus bronkur dan bronkiolus nonrespiratorius. Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difus) yang sering disebut dengan unit paru (lung unit), yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sakus alveolaris. Secara histologis epitel yang melapisi permukaan saluran pernapasan terdiri dari epitel gepeng berlapis berkeratin dan tanpa keratin di bagian rongga mulut; epitel silindris bertingkat bersilia pada rongga hidung, trakea, dan bronkus; epitel silindris rendah/kuboid bersilia dengan sel piala pada bronkiolus terminalis; epitel kuboid selapis bersilia pada bronkiolus respiratorius; dan epitel gepeng selapis pada duktus alveolaris dan sakus alveolaris serta alveolus.
Di bawah lapisan epitel tersebut terdapat lamina propria yang berisi kelenjar-kelenjar, pembuluh darah, serabut saraf dan kartilago.Dan berikutnya terdapat otot polos dan serabut elastin.Dari semua itu barulah kita pahami bagaimana obat dapat masuk dan bekerja pada paru-paru.Obat masuk dengan perantara udara pernapasan (mekanisme inspirasi dan ekspirasi) melalui saluran pernapasan, kemudian menempel pada epitel selanjutnya diabsorpsi dan sampai pada target organ bisa berupa pembuluh darah, kelenjar dan otot polos. Agar obat dapat sampai pada saluran napas bagian distal dan mencapai target organ, maka ukuran partikel obat harus disesuaikan dengan ukuran/diameter saluran napas.
2.2  Definisi Terapi  Inhalasi
Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi merupakan cara pengobatan dengan memberi obat dalam bentuk uap secara langsung pada alat pernapasan menuju paru-paru. Terapi inhalasi dapat digunakan pada proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun yang kronik, misalnya asma (penyakit asma paling sering dijumpai pada anak-anak) dan pada saat bayi/anak terserang batuk berlendir.
2.3 Tujuan Pemasangan Terapi Inhalasi
Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi secara cepat dibanding cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya. Biasanya terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme, meng-encerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi infeksi.Terapi inhalasi ini baik digunakan pada terapi jangka panjang untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkan obat, terutama penggunaan kortikosteroid.
Pada asma penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurang efek samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau peroral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis lainnya, dan pada bayi yang mengalami batuk lendir, pada bayi atau anak- anak ini kemampuan reflek batuk ini sangat lemah. Sehingga dibutuhkan  terapi inhalasi ini yang  akan membantu lendir di dalam paru- paru mencair.
2.4 Indikasi Terapi Inhalasi
Penggunaan terapi inhalasi ini diindikasikan untuk pengobatan asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), sindrom obstruktif post tuberkulosis, fibrosis kistik, bronkiektasis, keadaan atau penyakit lain dengan sputum yang kental dan lengket. Penggunaannya terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap dan obat lain yang berbentuk aerosol. Pada penyakit Asma dan Chronic Obstructive pulmonal disease (COPD = PPOK & PPOM) terapi inhalasi merupakan terapi pilihan.
Dengan terapi inhalasi obat dapat masuk sesuai dengan dosis yang diinginkan, langsung berefek pada organ sasaran. Dari segi kenyamanan dalam penggunaan, cara terapi MDI banyak disukai pasien karena obat dapat mudah di bawa ke mana-mana.Kemasan obat juga menguntungkan karena dalam satu botol bisa dipakai untuk 30 atau sampai 90 hari penggunaan.
2.5 CARA PENGGUNAAN BERBAGAI TERAPI INHALASI
Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu
A. INHALER DOSIS TERUKUR
Inhaler dosis terukur atau lebih sering disebut MDI diberikan dalam bentuk inhaler aerosol dengan/tanpa spacer dan bubuk halus (dry powder inhaler) yaitu diskhaler, rotahaler, dan turbohaler. Pada umumnya digunakan pada pasien yang sedang berobat jalan dan jarang dipergunakan di rumah sakit. Cara ini sangat mudah dan dapat dibawa kemana-mana oleh pasien, sehingga menjadi pilihan utama pagi penderita asma.
MDI terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian kotak yang mengandung zat dan bagian mouthpiece. Bila bagian kotak yang mengandung zat ini dibuka (ditekan), maka inhaler akan keluar melalui mouthpiece.


1)   Pemakaian inhaler aerosol.
Inhaler dikocok lebih dahulu agar obat homogen, lalu tutupnya dibuka à inhaler dipegang tegak, kemudian dilakukan maksimal ekspirasi pelan-pelan à mulut inhaler diletakan di antara kedua bibir, lalu katupkan kedua bibir dan lakukan inspirasi pelan-peran. Pada waktu yang sama kanester ditekan untuk mengeluarkan obat tersebut dan penarikan napas diteruskan sedalam-dalamnya tahan napas sampai 10 detik atau hitungan 10 kali dalam hati. Prosedur tadi dapat diulangi setelah 30 detik sampai 1 menit kemudian tergantung dosis yang diberikan oleh dokter.
2)   Pemakaian diskhaler.
Lepaskan tutup pelindung diskhaler, pegang kedua sudut tajam, tarik sampai tombol terlihat à tekan kedua tombol dan keluarkan talam bersamaan rodanya à letakkan diskhaler pada roda, angka 2 dan 3 letakkan di depan bagian mouth piece à masukan talam kembali, letakan mendatar dan tarik penutup sampai tegak lurus dan tutup kembali à keluarkan napas, masukan diskhaler dan rapatkan bibir, jangan menutupi lubang udara, bernapas melalui mulut sepat dan dalam, kemudian tahan napas, lalu keluarkan napas perlahan-lahan. à putar diskhaler dosis berikut dengan menarik talam keluar dan masukan kembali.
B. . PENGUAPAN (NEBULIZER)
Cara ini digunakan dengan memakai disposible nebulizer mouth piece dan pemompaan udara (pressurizer) atau oksigen. Larutan nebulizer diletakan di dalam nebulizer chamber. Cara ini memerlukan latihan khusus dan banyak digunakan di rumah sakit. Keuntungan dengan cara ini adalah dapat digunakan dengan larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dari MDI. Kerugiannya adalah hanya 50 – 70% saja yang berubah menjadi aerosol, dan sisanya terperangkap di dalam nebulizer itu sendiri.
Jumlah cairan yang terdapat di dalam hand held nebulizer adalah 4 cc dengan kecepatan gas 6 – 8 liter/menit. Biasanya dalam penggunaannya digabung dalam mukolitik (asetilsistein) atau natrium bikarbonat. Untuk pengenceran biasanya digunakan larutan NaCl.
Cara menggunakannya yaitu: Buka tutup tabung obat, masukan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang ditentukan à gunakan mouth piece atau masker (sesuai kondisi pasien). Tekan tombol “on” pada nebulizer à jika memakai masker, maka uap yang keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam inhalasi ini dilakukan terus menerus sampai obat habismasker. Bila memakai mouth piece, maka tombol pengeluaran `erosol ditekan sewaktu inspirasi, hirup uap yang keluar perlahan-lahan dan dalam. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai obat habis (10 – 15 menit).
C.  INTERMITEN POSITIVE PRESSURE BREATHING
Cara ini biasanya diberikan di rumah sakit dan memerlukan tenaga yang terlatih. Cara ini jauh lebih mahal dan mempunyai indikasi yang terbatas, terutama untuk pasien yang tidak dapat bernapas dalam dan pasien-pasien yang sedang dalam keadaan gawat yang tidak dapat bernapas spontan. Untuk pengobatan di rumah cara yang terbaik adalah dengan menggunakan MDI.
D.  VENTILATOR
Dapat dengan menggunakan MDI atau hand held nebulizer, yakni melalui bronkodilator Tee. Dengan cara ini sebenarnya tidak efektif oleh karena banyak aerosol yang mengendap, sehingga cara ini dianggap kurang efektif dibandingkan dengan MDI.

2.5 OBAT/ZAT PADA TERAPI INHALASI
Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya adalah beta 2 simpatomimetik, seperti metaprotenolol (Alupen), albuterol (Venolin dan Proventil), terbutalin (Bretaire), bitolterol (Tornalat), isoetarin (Bronkosol); Steroid seperti beklometason (Ventide), triamnisolon (Azmacort), flunisolid ( Aerobid); Antikolinergik seperti atropin dan ipratropium (Atrovent); dan Antihistamin sebagai pencegahan seperti natrium kromolin (Intal).
Keuntungan dari aerosol ini baik diberikan secara aerosol maupun dengan inhaler, adalah memberikan efek bronkodilator yang maksimal yang lebih baik dari cara pemberian lain, sementara itu pengaruh sistemiknya hampir tidak ada. Oleh karena itu cara pengobatan ini adalah merupakan cara yang paling optimal.

2.6   EFEK SAMPING DAN KOMPLIKASI
Jika aerosol diberikan dalam jumlah besar, maka dapat menyebabkan penyempitan pada saluran pernapasan (bronkospasme). Disamping itu bahaya iritasi dan infeksi pada jalan napas, terutama infeksi nosokomial juga dapat terjadi.

2.7 PROSEDUR PENGOBATAN
1. Persiapan Alat
a)      Set nebulizer : - Metered Dose Inhaler (MDI)
              -MDI tanpa Spacer
b)      Obat bronkodilator
c)      Bengkok 1 buah
d)     Aquades
e)      Tissue
f)       1 pasang sarung tangan
g)      buku catatan


2. Persiapan Klien
a)      memberitahu tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
b)      mengkaji penyebab terjadinya kekambuhan
c)      mengkaji riwayat alergi terhadap obat
d)     bantu klien pada posisi yang nyaman

3. Persiapan Lingkungan
a)      beri penerangan yang memadai
b)      jaga privasi klien
c)      tutup tirai
d)     rendahkantrails
4. Pelaksanaan
a) Tahap PraInteraksi
1)   Mengecek program terapi
2)   Mencuci tangan
3)   Menyiapkan alat
b) Tahap Orientasi
1)     Memberikan salam dan sapa nama pasien
2)     Menjelaskan tujuan  dan prosedur pelaksanaan
3)     Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
c) Tahap Kerja
1)     Menjaga privacy pasien
2)     Mengatur pasien dalam posisi duduk
3)     Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer
4)     Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
5)       Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
6)     Memasukkan obat sesuai dosis
7)     Memasang masker pada pasien
8)     Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis
9)     Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
d) Tahap Terminasi
1)     Melakukan evaluasi tindakan
2)     Berpamitan dengan pasien dan keluarga
3)     Membereskan alat
4)     Mencuci tangan
5)     Lepas sarung tangan












PEMBERIAN OBAT MELALUI KULIT
3.1 pemberian obat melalui oral
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.
Alat dan Bahan:
1.     Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim,aerosol, sprei).
2.     Pinset anatomis.
3.     Kain kasa.
4.     Kertas tisu.
5.     Balutan.
6.     Pengalas.
7.     Air sabun, air hangat.
8.     Sarung tangan.
Prosedur Kerja:
1.     Cuci tangan.
2.     Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.     Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4.     Gunakan sarung tangan.
5.     Bersihkan daerah yang akan di beri obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6.     Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan, mengompres.
7.     Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
8.     Cuci tangan.

3.2 Pemberian Obat Topikal pada Kulit
A. Pengertian
Pemberian obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis. Obat ini diberikan untuk mempercepat proses penyembuhan, bila pemberian per-oral tidak dapat mencapai superficial epidermis yang miskin pembuluh darah kapiler. Efek sistemik tidak diharapkan pada pemberian obat topikal pada kulit ini. Apabila terjadi kerusakan kulit setelah penggunaan obat topikal pada kulit, maka kemungkinan besar efek sistemik akan terjadi.2
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung pada:
a.     Umur
b.     Pemilihan agen topikal yang tepat
c.      Lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit
d.     Stadium penyakit
e.      Konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum
f.      Metode aplikasi
g.      Penentuan lama pemakaian obat
Penetrasi obat topical pada kulit, melalui: stratum korneum  epidermis  papilla dermis  aliran darah

Proses penyerapan obat topikal jika diberikan pada kulit, yaitu:
a.     Lag phase - hanya di atas kulit, tidak masuk ke dalam darah
b.     Rising - dari stratum korneum diserap sampai ke kapiler dermis darah
c.      Falling - obat habis di stratum korneum. Jika terus diserap kedalam, khasiatnya akan semakin berkurang
Kurangnya konsentrasi obat yang sampai ke tempat sasaran bisa karena proses eksfoliasi (bagian atas kulit mengelupas), terhapus atau juga karena tercuci.
Faktor-faktor yang berperan dalam penyerapan obat, diantaranya adalah2:
a.     Keadaan stratum korneum yang berperan sebagai sawar kulit untuk obat.
b.     Oklusi, yaitu penutup kedap udara pada salep berminyak yang dapat meningkatkan penetrasi dan mencegah terhapusnya obat akibat gesekan, usapan serta pencucian. Namun dapat mempercepat efek samping, infeksi, folikulitis dan miliaria jika penggunaannya bersama obat atau kombinasinya tidak tepat.
c.      Frekuensi aplikasi, seperti pada obat kortikosteroid yang kebanyakan cukup diaplikasikan satu kali sehari, serta beberapa emolien (krim protektif) yang akan meningkat penyerapannya setelah pemakaian berulang, bukan karena lama kontaknya.
d.     Kuantitas obat yang diaplikasi
e.      Jumlah pemakaian obat topikal pada kulit ini harus cukup, jika pemakaiannya berlebihan justru malah tidak berguna. Jumlah yang akan dipakai, sesuai dengan luas permukaan kulit yang terkena infeksi (setiap 3% luas permukaan kulit membutuhkan 1 gram krim atau salep).


Faktor lain
Faktor lain seprti peningkatan penyerapan, dapat terjadi apabila:
a.     Obat dipakaikan dengan cara digosok sambil dipijat perlahan
b.     Dioles searah dengan pertumbuhan folikel rambut
c.      Ukuran partikel obat diperkecil
d.     Sifat kelarutan dan penetrasi obat diperbaiki
e.      Konsentrasi obat yang diberikan tepat
Contoh obat topikal untuk kulit :
a.     Anti jamur    : ketoconazol, miconazol, terbinafin
b.     Antibiotik     : oxytetrasiklin
c.      Kortikosteroid : betametason, hidrokortison
B. Tujuan
Pemberian obat topikal pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi atau cairan tubuh untuk mencapai homeostasis, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi. 2
C.  Jenis
Pemberian obat topikal pada kulit dapat bermacam-macam seperti:
1.     Krim
2.     Salep (ointment)
3.     Lotion
4.     Lotion yang mengandung suspensi
5.     Bubuk atau powder
6.     Spray aerosol.

D. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan
·       Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik.
·       Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)
Kerugian
·       Secara kosmetik kurang menarik
·       Absorbsinya tidak menentu
3.Alat dan Bahan
·       Troli
·       Baki dan alas
·       Perlak dan alas
·       Bengkok (nierbekken)
·       Air DTT dalam kom
·       Kapas
·       Sarung tangan
·       Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
·       Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)
·       Lidi kapas atau tongue spatel
·       Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion, lotion yang mengandung suspensi, bubuk atau powder, spray aerosol)
·       Buku obat (ISO)
·       Baskom
·       Larutan klorin 0.5% dalam tempatnya
·       Sabun cuci tangan
·       Lap handuk
·       Tempat sampah basah dan kering
3.3 PEMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA KULIT (PEMBERIAN SALEP ,bethadine, MINYAK, LOTION DLL)
1. Pengertian
Menyiapkan dan memberikan obat secara lokal kepada pasien pada kulit ,baik dalam bentuk padat (obat salep) maupun dalam bentuk cair( minyak, bethadine ) , dengan menggosokkan pada kulit yang mengalami gangguan tertentu, ataupun dengan bentuk serbuk,dengan pertimbangan keadaan pasien.
Tujuan :
·       Mencegah dan mengobati penyakit.
·       Mengurangi rasa sakit daerah tertentu.
·       Mengobati dengan cepat
·       Menghilangkan rasa nyeri.
·       untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.
Persiapan Alat :
·       bengkok (jika perlu).
·       Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol (partikel-partikel kecil berupa gas yang telah di haluskan), bubuk, spray)
·       Buku obat
·       Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
·       Sarung tangan
·       Lidi kapas atau tongue spatel
·       Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
·       Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan).
·       Buku status pasien dan pulpen.
Prosedur Kerja :
1.     Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
2.     Beri tahu pasien terlebih dahulu,dan meminta persetujuan.
3.     Identifikasi klien secara tepat.
4.     Atur peralatan disamping tempat tidur klien .
5.     Tutup gorden atau pintu ruangan.
6.     Cuci tangan bersih .
7.     Berikan pasien pada posisi tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat.
8.     Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit.
9.     Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
10. Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal .
11. Gunakan sarung tangan bila ada indikasi .
12. Oleskan agen topical :
a)     Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
·       Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan.
·       Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
·       Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian.
b)     Lotion mengandung suspense
·       Kocok wadah dengan kuat.
·       Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil.
·       Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
c)      Bubuk
·       Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh.
·       Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan.
·       Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan.
d)     Spray aerosol
·       Kocok wadah dengan keras.
·       Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm).
·       Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah dari arah spray.
·       Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit.

e)       Obat cair
·       Pastikan bahwa semua permukaan kulit kering secara menyeluruh.
·       Teteskan obat secukupnya pada kasa steril/ kapas sublimat.
·       Oleskan pada daerah yang akan diberi, secara perlahan.
13. Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
14. Cuci tangan dan Catat tindakan yang dilakukan.Indikasi :
·       Pasien yang memerlukan reaksi cepat melalui kulit ,tanpa harus melalui oral.
·       Pasien yang tidak mampu menelan sejumlah obat.
·       Pasien yang mengalami edema, pendarahan,dll.








PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi merupakan cara pengobatan dengan memberi obat dalam bentuk uap secara langsung pada alat pernapasan menuju paru-paru. Terapi inhalasi dapat digunakan pada proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun yang kronik, misalnya asma (penyakit asma paling sering dijumpai pada anak-anak) dan pada saat bayi/anak terserang batuk berlendir.
Pemberian obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis. Obat ini diberikan untuk mempercepat proses penyembuhan, bila pemberian per-oral tidak dapat mencapai superficial epidermis yang miskin pembuluh darah kapiler. Efek sistemik tidak diharapkan pada pemberian obat topikal pada kulit ini. Apabila terjadi kerusakan kulit setelah penggunaan obat topikal pada kulit, maka kemungkinan besar efek sistemik akan terjadi.
B.  SARAN
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai bidan kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar